This post is dedicated to helping my friend Jojo and his campaign in raising people’s awareness on the importance of optimism. Pardon my slang and informal Indonesian.

Hal yang paling susah saat kita membuat suatu karya tulis terletak pada saat pembuatan paragraf pembuka. Jika kita berhasil menarik perhatian orang dengan untaian kalimat- kalimat pertama, biasanya kita akan berhasil membuat orang tersebut membaca karya tulis kita sampai akhir. Skenario ini adalah salah satu instansi kejadian dimana seseorang bisa merasa pesimis atau optimis. Kata kunci yang menyatukan dua keadaan tersebut adalah attitude. Sikap seseorang lah yang pada akhirnya akan menjadi akar dari prinsip dan nilai-nilai yang dipegang oleh orang tersebut. Semua yang ada di dunia ini punya sisi hitam dan putihnya, positif dan negatifnya. Contoh scenario- hari itu hujan turun dengan deras. Apakah kita mau mengeluh akan jalanan yang akan becek dan Jakarta menjadi macet, atau bersyukur akan udara Indonesia yang akan cenderung menjadi adem saat hujan dan pohon- pohon bisa mendapatkan limpahan air? Pada saat inilah, terserah kita sebagai manusia untuk melihat sesuatu dari sisi buruk atau baiknya.
Gue pasti juga pernah pesimis. Atau, kalo boleh gue bilang- merasa takut. Takut apaan? Ya banyak. Misalnya nih ya- takut salah. Takut gagal. Mengapa gue lebih suka panggilan penakut daripada pesimis? Karena menurut gue pribadi, seseorang menjadi pesimis saat rasa takut atau ketidak percayaan dirinya menghambat untuk berkembang. Sekarang aja sebenernya gue masih ada rasa takut sambil nulis ini. Takut tulisan ini dianggep orang- orang aneh. Takut tulisan ini dibaca banyak orang (dan lo yang lagi baca ini bakal mikir, kalo lo ngk mau ini dibaca ngapain lo kirim deh ath?). Well, gue tetep kekeuh mengirimkan tulisan ini karena gue mau memberi contoh akan berani melakukan sesuatu meskipun lo belum sepenuhnya ngerasa percaya diri. Bahwa ini adalah contoh murni dari being a person who this campaign advocates, a passimist. Gampang loh buat gue untuk nge-delete semua kata- kata ini dan keep all these opinion to myself. Bilang aja ke Jojo, temen gue yang ngasih link campaign ini dan merupakan salah satu pelopor “Wah keren banget jo campaign lo, sayang gue ngk ada ide mau nulis apa. Goodluck ya!”
… Tapi nyatanya sekarang gue masih aja terus menulis opini sekaligus curhat colongan ini. Gue mungkin bukan seorang penulis yang handal, yang akan menggerakan hati lo untuk ikut serta berbagi cerita. Mungkin aja ini post publik pertama gue. Mungkin biasanya gue cuma berani menulis di tumblr pribadi, di buku, di Microsoft word dan disimpen dengan file name palsu biar ceritanya tugas kuliah biar orang ngk ada yang baca. But this time, I’m taking a leap of faith.
Mungkin gue adalah salah satu cewek klasik yang salah satu penyanyi favoritnya adalah Taylor Swift. Salah satu albumnya berjudul Fearless, dan pada bagian belakang CDnya, dia menulis
“This album is called FEARLESS, because to me “fearless” is not the absence of fear. Its not about being completely unafraid. To me, fearless is having fears. Fearless is having doubts. Lots of them. To me, fearless is living in spite of those things that scare you to death”.
Kata- kata ini ngena banget di gue, dan inilah salah satu pedoman yang membuat saya berani mencoba. It is okay to expect the worse, to feel pessimistic, but at the end of the
day it should not stop you to do anything. Pikir deh… Dua puluh tahun dari sekarang, kita akan lebih menyesal dengan hal- hal yang tidak kita lakukan ketimbang hal- hal yang sudah kita lakukan dan gagal.
Dengan bangga gue bisa bilang, I’ve conquered my fears and contributed my voice to this campaign.
Now it’s your turn.
visit her blog at http://atheeya.tumblr,com
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar